Wabup Lombok Tengah Mengungkap, “Kadang yang Digendong Diduga Adiknya, Ternyata Anaknya”

Wabup Lombok Tengah bersama jajaran DP3AKB dan Ketua LPA NTB bersama pengurus

Wakil Bupati Lombok Tengah, HM Nursiah, menuturkan banyak peristiwa miris berkenaan dengan anak yang mesti ditangani bersama. Ia mengaku kadang menemukan anak-anak  dalam gendongan yang diduga saudaranya  akan tetapi ternyata sosok anak dan  ibunya.

Pengurus Lembaga Pelindungan Anak (LPA) NTB melakukan silaturrahim dengan Wakil Bupati Lombok Tengah (Loteng), HM Nursiah, Selasa (9/1).  Pertemuan itu berkenaan dengan upaya pendampingan LPA NTB-Unicef terkait program BERANI yang menyasar lima desa di kabupaten tersebut.

Ketua LPA NTB, H. Sahan SH,  yang didampingi pengurus lain, dalam pertemuan itu mengemukakan program BERANI di Kabupaten Loteng difokuskan pada pencegahan perkawinan anak.  Karena itu, LPA melakukan koordinasi terkait desa dampingan yang diarahkan pada desa dengan kasus terbanyak.

Dalam pertemuan yang juga dihadiri  jajaran Bappeda Loteng,  Nursiah menyambut baik program yang akan dijalankan LPA tersebut. Pasalnya, perlindungan anak sangat luas karena menyentuh berbagai aspek kehidupan seperti kesehatan, pendidikan dan sektor lain sehingga memerlukan kolaborasi berbagai pihak.

Menurutnya, ada kecenderungan kasus-kasus perkawinan anak disebabkan oleh akses pendidikan, akses pasar dan lain lain. Mereka yang semestinya sekolah kemudian berdiam diri di rumah karena jarak sekolah yang jauh.

“Sehingga tamat SD dan SMP pun bisa menikah. Kantong kantong perkawinan anak di dusun dusun yang jauh,” tuturnya.

Selain itu, Nursiah menilai prilaku sebagai faktor yang juga cukup dominan sehingga Wabup mengaku selalu berfikir melakukan inovasi. Salah satunya membentuk sebuah lembaga di desa dengan pengurus dari berbagai latarbelakang masyarakat yang bisa menangani kasus-kasus yang terjadi.

“Penanganan perkawinan anak dan stunting harus berkelanjutan. Mesti melibatkan berbagai pihak seperti para tokoh agama,majelis taklim dan lain lain,” ujarnya seraya berharap ada sistem dan mekanisme dalam penanganan perkawinan anak dan stunting.

Dalam pertemuan itu mengemuka bahwa orangtua muda merupakan salah satu subyek yang tidak pernah disentuh program. Padahal mereka menjadi kelompok rentan yang perlu ekonomi kuat.

“Ibu muda yang jarang disentuh itulah yang banyak  pergi ke luar negeri. Anak-anak dititipkan kepada neneknya dan  tak terurus.  Sehingga,  ada titik kritis yang perlu disentuh,” imbuh salah seorang pejabat Bappeda Loteng. ds

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *